Sejarah Juara Thailand Open Bulu Tangkis: 1984 Hingga Kini

Thailand Open, turnamen bulu tangkis bergengsi tingkat internasional, telah menjadi ajang unjuk kemampuan para atlet bulu tangkis dunia sejak pertama kali digelar pada tahun 1984. Diselenggarakan setiap tahunnya, biasanya pada bulan Mei, turnamen ini kini masuk dalam rangkaian BWF World Tour Super 500 dan disponsori oleh Toyota.
Indonesia memiliki catatan prestasi gemilang di Thailand Open. Greysia Polii/Apriyani Rahayu menjadi pasangan ganda putri Indonesia terakhir yang berhasil meraih gelar juara pada edisi pertama tahun 2020.
Berikut rekapitulasi lengkap para juara Thailand Open sepanjang sejarahnya, dari tahun 1984 hingga saat ini, untuk setiap kategori pertandingan. Data ini disusun berdasarkan catatan resmi BWF dan berbagai sumber terpercaya lainnya.
1. Dominasi di Tunggal Putra: Perjalanan Panjang Menuju Puncak
Kategori tunggal putra Thailand Open telah menyaksikan berbagai bintang bulu tangkis berlaga dan merebut gelar juara. Dari Icuk Sugiarto yang dua kali menjadi juara di awal era 1980-an, hingga Kunlavut Vitidsarn yang baru-baru ini menorehkan namanya di kancah internasional.
Indonesia sering mendominasi kategori ini di masa lalu. Namun, belakangan, persaingan semakin ketat dengan munculnya para pemain top dari berbagai negara.
- 1984 & 1985: Icuk Sugiarto (Indonesia)
- 1987: Zhao Jianhua (China)
- 1988: Xiong Guobao (China)
- 1989 & 1991: Alan Budikusuma (Indonesia)
- 1990: Sompol Kukasemkij (Thailand)
- 1992-1994: Joko Suprianto (Indonesia)
- 1995 & 1996: Dong Jiong (China)
- 1997 & 2000: Hendrawan (Indonesia)
- 1999: Chen Gang (China)
- 2001: Yong Hock Kin (Malaysia)
- 2003: Ronald Susilo (Singapura)
- 2004: Boonsak Ponsana (Thailand)
- 2005: Muhammad Hafiz Hashim (Malaysia)
- 2006: Chen Yu (China)
- 2007: Chen Hong (China)
- 2008: Lin Dan (China)
- 2009: Nguyễn Tiến Minh (Vietnam)
- 2011: Chen Long (China)
- 2012: Sony Dwi Kuncoro (Indonesia)
- 2013: Srikanth Kidambi (India)
- 2015: Lee Hyun-il (Korea Selatan)
- 2016: Tanongsak Saensomboonsuk (Thailand)
- 2017: B. Sai Praneeth (India)
- 2018: Kanta Tsuneyama (Jepang)
- 2019: Chou Tien-chen (Chinese Taipei)
- 2020 I & II: Viktor Axelsen (Denmark)
- 2022: Lee Zii Jia (Malaysia)
- 2023: Kunlavut Vitidsarn (Thailand)
2. Tunggal Putri: Pergantian Dominasi Antar Negara
Tunggal putri juga menampilkan persaingan sengit antar pemain dari berbagai negara. China mendominasi selama beberapa tahun, diikuti oleh Indonesia dengan Susi Susanti sebagai ikonnya.
Namun, dalam beberapa dekade terakhir, gelar juara telah berpindah tangan ke berbagai negara, menunjukkan kedalaman bakat di level internasional.
- 1984: Helen Troke (Inggris)
- 1985: Wu Jianqiu (China)
- 1987: Luo Yun (China)
- 1988: Li Lingwei (China)
- 1989: Tang Jiuhong (China)
- 1990: Huang Hua (China)
- 1991-1994: Susi Susanti (Indonesia)
- 1995: Lim Xiaoqing (Swedia)
- 1996 & 1997: Wang Chen (China)
- 1999: Dai Yun (China)
- 2000: Ye Zhaoying (China)
- 2001: Tracey Hallam (Inggris)
- 2003: Dai Yun (China)
- 2004 & 2005: Yao Jie (Belanda)
- 2006 & 2007: Zhu Lin (China)
- 2008: Xie Xingfang (China)
- 2009: Liu Jian (China)
- 2011: Li Xuerui (China)
- 2012: Saina Nehwal (India)
- 2013 & 2017: Ratchanok Intanon (Thailand)
- 2015: Sung Ji-hyun (Korea Selatan)
- 2016: Aya Ohori (Jepang)
- 2018: Nozomi Okuhara (Jepang)
- 2019: Chen Yufei (China)
- 2020 I & II: Carolina Marín (Spanyol)
- 2022: Tai Tzu-ying (Chinese Taipei)
- 2023: An Se-young (Korea Selatan)
3. Ganda Putra: Pertarungan Sengit antar Asia
Ganda putra Thailand Open menjadi panggung bagi duet-duet maut dari berbagai negara Asia. Indonesia, China, Korea Selatan, dan Malaysia secara konsisten mengirimkan wakil-wakil terbaiknya.
Kombinasi skill, strategi, dan kerja sama tim yang solid menjadi kunci kesuksesan di kategori ini.
- 1984: Christian Hadinata/Hadibowo (Indonesia)
- 1985: Bobby Ertanto/Rudy Heryanto (Indonesia)
- 1987 & 1988: Li Yongbo/Tian Bingyi (China)
- 1989 & 1990: Kim Moon-soo/Park Joo-bong (Korea Selatan)
- 1991: Rudy Gunawan/Eddy Hartono (Indonesia)
- 1992: Rexy Mainaky/Ricky Subagja (Indonesia)
- 1993: Rudy Gunawan/Bambang Suprianto (Indonesia)
- 1994: Antonius Ariantho/Denny Kantono (Indonesia)
- 1995: Huang Zhanzhong/Jiang Xin (China)
- 1996: Sigit Budiarto/Candra Wijaya (Indonesia)
- 1997: Lee Dong-soo/Yoo Yong-sung (Korea Selatan)
- 1999: Chen Qiqiu/Yu Jinhao (China)
- 2000: Zhang Jun/Zhang Wei (China)
- 2001: Sigit Budiarto/Luluk Hadiyanto (Indonesia)
- 2003: Ha Tae-kwon/Yoo Yong-sung (Korea Selatan)
- 2004: Luluk Hadiyanto/Alvent Yulianto (Indonesia)
- 2005 & 2011: Jung Jae-sung/Lee Yong-dae (Korea Selatan)
- 2006: Jung Jae-sung/Lee Yong-dae (Korea Selatan)
- 2007: Hwang Ji-man/Lee Jae-jin (Korea Selatan)
- 2008: Cai Yun/Fu Haifeng (China)
- 2009: Chan Peng Soon/Lim Khim Wah (Malaysia)
- 2012: Liu Xiaolong/Qiu Zihan (China)
- 2013: Shin Baek-cheol/Yoo Yeon-seong (Korea Selatan)
- 2015: Wahyu Nayaka/Ade Yusuf (Indonesia)
- 2016 & 2017: Berry Angriawan/Rian Agung Saputro (Indonesia)
- 2018: Takeshi Kamura/Keigo Sonoda (Jepang)
- 2019: Satwiksairaj Rankireddy/Chirag Shetty (India)
- 2020 I & II: Lee Yang/Wang Chi-lin (Chinese Taipei)
- 2022: Takuro Hoki/Yugo Kobayashi (Jepang)
- 2023: Liang Weikeng/Wang Chang (China)
Data di atas menunjukkan betapa kompetitifnya Thailand Open, dengan berbagai negara bergantian meraih gelar juara. Hal ini mencerminkan perkembangan bulu tangkis dunia yang semakin pesat dan merata. Para penggemar bulu tangkis tentu dapat menantikan kejutan dan pertarungan menarik di tahun-tahun mendatang.