Olahraga

Liga Europa: Crystal Palace Terancam, Siapa Pengganti Kuatnya?

Crystal Palace menorehkan sejarah dengan kemenangan dramatis 1-0 atas Manchester City di final Piala FA 2025. Gol tunggal Eberechi Eze di menit ke-16 memastikan gelar juara bagi The Eagles di hadapan lebih dari 84 ribu penonton di Wembley Stadium. Kemenangan ini tak hanya bersejarah bagi klub, tetapi juga mengamankan tiket ke Liga Europa musim 2025/26 – setidaknya untuk sementara.

Namun, di balik euforia kemenangan, terdapat ketidakpastian besar yang membayangi partisipasi Crystal Palace di kancah Eropa. Masalah kepemilikan ganda yang melibatkan para pemegang saham klub mengancam peluang mereka untuk berkompetisi di Liga Europa musim depan.

Masalah Kepemilikan Ganda Mengancam Partisipasi Palace di Liga Europa

John Textor, pemegang saham mayoritas Crystal Palace, juga memiliki mayoritas saham klub Prancis, Lyon. Lyon sendiri lolos ke Liga Europa setelah finis keenam di Ligue 1.

Sementara itu, David Blitzer, salah satu pemegang saham Palace, juga memiliki klub Denmark, Brondby, yang akan bermain di Conference League.

Keterlibatan Textor dan Blitzer di beberapa klub yang lolos ke kompetisi UEFA menimbulkan masalah. Aturan UEFA melarang kepemilikan atau pengaruh individu terhadap lebih dari satu klub di kompetisi Eropa yang sama.

Usulan untuk menempatkan saham mereka ke dalam “blind trust” – mekanisme yang digunakan klub-klub seperti Manchester City dan Manchester United – ditolak UEFA karena melewati tenggat waktu.

Nottingham Forest Berpotensi Mengisi Slot Liga Europa

Jika Crystal Palace didiskualifikasi, Nottingham Forest berpotensi besar menggantikan mereka di Liga Europa. Forest awalnya lolos ke Conference League.

Promosi ke Liga Europa bagi Forest akan menjadi keuntungan besar. Sementara itu, Brighton & Hove Albion, yang finis kedelapan di Premier League, kemungkinan akan mengisi slot Conference League.

Upaya Negosiasi dengan UEFA Belum Membuahkan Hasil

Perwakilan Crystal Palace, termasuk John Textor dan chairman Steve Parish, telah bertemu dengan UEFA di Swiss. Tujuannya adalah untuk mencari solusi agar klub tetap bisa berlaga di Liga Europa.

Namun, hingga saat ini, belum ada kesepakatan yang tercapai. UEFA tetap kukuh pada regulasi mereka tentang kepemilikan ganda, meski bersifat tidak langsung.

Situasi ini membuat posisi Crystal Palace cukup sulit. Meskipun mereka meraih tiket Liga Europa melalui prestasi di lapangan, prioritas UEFA cenderung diberikan kepada Lyon, mengingat peringkat liga yang lebih tinggi.

Ketidakpastian ini menimbulkan pertanyaan besar bagi Crystal Palace dan para penggemarnya. Apakah mereka akhirnya bisa merasakan atmosfer Liga Europa? Atau justru harus merelakan kesempatan emas ini karena masalah di luar lapangan?

Nasib Crystal Palace masih belum pasti. Keputusan final UEFA akan menentukan apakah mereka bisa merasakan manisnya kompetisi Eropa atau harus menyaksikan dari pinggir lapangan. Situasi ini menjadi pembelajaran penting tentang pentingnya kepatuhan terhadap regulasi dan manajemen kepemilikan yang transparan dalam dunia sepakbola profesional.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button