Berita

Greta Thunberg: Pengakuan Mengejutkan Setelah Deportasi dari Israel

Aktivis lingkungan Greta Thunberg telah kembali ke Swedia setelah dideportasi dari Israel. Ia tiba di Bandara Arlanda, Stockholm, Selasa malam (10/6/2025), disambut sekitar 30 pendukung yang mengibarkan bendera Palestina.

Setibanya di Swedia, Thunberg langsung mengecam keras tindakan Israel terhadap Gaza. Ia menyebutnya sebagai pelanggaran hukum internasional dan kejahatan perang.

Deportasi dan Tuduhan Keras terhadap Israel

Thunberg, bersama tiga aktivis lainnya, dideportasi setelah pihak berwenang Israel mencegat kapal layar Madleen. Kapal tersebut membawa 12 aktivis dan bantuan kemanusiaan untuk Gaza, berusaha menembus blokade Israel.

Sebelum tiba di Swedia, Thunberg singgah di Paris. Di sana, ia menuduh Israel telah menculik dirinya dan aktivis lainnya. Pernyataan ini semakin memperkuat kecamannya terhadap pemerintah Israel.

Menanggapi pertanyaan wartawan mengenai rasa takut saat penangkapan, Thunberg menyatakan kekhawatirannya terhadap “genosida yang sedang berlangsung” di Gaza. Ia menekankan keprihatinannya atas pelanggaran hukum internasional dan kejahatan perang.

Thunberg bahkan menuduh Israel melakukan “genosida sistematis” dan “melakukan kelaparan sistematis terhadap lebih dari dua juta orang” di Gaza. Tuduhan ini sangat serius dan telah memicu reaksi internasional.

Respons Internasional dan Perjalanan Thunberg

Organisasi hak asasi manusia seperti Amnesty International telah mengemukakan tuduhan serupa terhadap Israel. Namun, pemerintah Israel membantah tuduhan genosida tersebut.

Thunberg menyerukan tindakan nyata dari pemerintah dan individu untuk mengatasi situasi di Gaza. Ia menekankan pentingnya respons global terhadap krisis kemanusiaan ini.

Greta Thunberg dikenal sebagai aktivis perubahan iklim yang vokal. Ia terkenal menghindari penggunaan pesawat terbang untuk mengurangi jejak karbon. Bahkan, ia pernah menyeberangi Samudra Atlantik dua kali menggunakan kapal layar.

Ketika ditanya tentang perasaannya bepergian dengan pesawat kali ini, Thunberg tampak bingung, seolah mempertanyakan relevansi pertanyaan tersebut dengan situasi di Gaza.

Dari dua belas aktivis di kapal Madleen, delapan ditahan karena menolak meninggalkan Israel. Empat lainnya, termasuk Thunberg, langsung dideportasi. Ke-12 aktivis tersebut kini dilarang masuk Israel selama 100 tahun.

Dampak dan Perkembangan Terkini

Penangkapan kapal Madleen dan deportasi Greta Thunberg telah memicu demonstrasi di berbagai negara, termasuk Perancis. Ribuan orang turun ke jalan untuk memprotes tindakan Israel.

Kasus ini menyoroti kompleksitas konflik Israel-Palestina dan peran aktivis internasional dalam menyuarakan keprihatinan kemanusiaan. Perkembangan selanjutnya akan terus dipantau.

Kejadian ini juga memperlihatkan komitmen Greta Thunberg terhadap isu keadilan sosial, melebihi komitmennya terhadap isu lingkungan yang telah membesarkan namanya. Ia secara konsisten menggunakan suaranya untuk mengkritik pelanggaran HAM di berbagai belahan dunia.

Meskipun dikenal karena kampanye iklimnya, kasus ini menunjukkan bahwa Thunberg tak ragu untuk menggunakan platformnya untuk menyuarakan isu-isu kemanusiaan yang mendesak, seperti yang terjadi di Gaza.

Ke depannya, perkembangan situasi di Gaza dan respons internasional terhadap tindakan Israel akan terus menjadi sorotan dunia. Peran aktivis seperti Greta Thunberg dalam menyuarakan keprihatinan akan terus diuji dan dinilai.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button