Kolombia Darurat: 24 Bom, 7 Tewas, Serangan Teror Guncang Negara

Kota Cali, Kolombia, menjadi saksi bisu rentetan serangan terkoordinasi yang mengguncang negara tersebut pada Selasa (10/6/2025). Sedikitnya tujuh orang tewas dan puluhan lainnya mengalami luka-luka dalam insiden yang melibatkan bom dan senjata api di wilayah barat daya Kolombia.
Serangan yang terjadi di Cali dan beberapa kota sekitarnya seperti Villa Rica, Guachinte, dan Corinto, menyasar pos polisi, gedung pemerintahan, dan fasilitas sipil. Kepolisian Nasional Kolombia telah mengkonfirmasi jumlah korban jiwa dan luka-luka.
Serangan Terkoordinasi di Cali dan Sekitarnya
Sebanyak 24 serangan terkoordinasi mengguncang wilayah barat daya Kolombia. Metode serangan beragam, mulai dari bom mobil dan bom sepeda motor hingga tembakan senapan dan kemungkinan penggunaan drone bersenjata.
Sasaran serangan mencakup pos polisi, gedung pemerintahan, dan sejumlah fasilitas sipil. Kerusakan parah terlihat di beberapa lokasi, termasuk kendaraan yang hangus terbakar dan bangunan yang runtuh akibat ledakan.
Salah seorang warga Corinto, Luz Amparo, menggambarkan kepanikan saat ledakan terjadi. Ia awalnya mengira itu gempa bumi, baru menyadari itu serangan setelah mendengar suara tembakan.
Setelah menerima banyak panggilan telepon, Luz Amparo bergegas menuju tokonya dan mendapati semuanya hancur. Kisah Luz Amparo menggambarkan dampak dahsyat serangan tersebut terhadap warga sipil.
Dugaan Keterlibatan Faksi Gerilya FARC
Kepolisian Kolombia dan para ahli menduga serangan tersebut dilakukan oleh faksi pembangkang dari kelompok gerilya FARC, yaitu Staf Umum Pusat (EMC). Kelompok ini diketahui telah menandatangani perjanjian damai sebelumnya, namun kini kembali melancarkan aksi kekerasan.
Elizabeth Dickinson, analis keamanan dari International Crisis Group, menilai serangan ini sebagai operasi yang sangat terkoordinasi. Hal ini menunjukkan peningkatan kapasitas militer yang dimiliki EMC.
Kemampuan EMC untuk melancarkan operasi di wilayah metropolitan seperti Cali menjadi perhatian. Serangan ini diduga sebagai respons atas operasi militer yang menargetkan pemimpin kelompok, “Ivan Mordisco”.
Menurut Dickinson, serangan ini bertujuan untuk menaikkan biaya politik dari inisiatif militer pemerintah. EMC berupaya menekan pemerintah melalui aksi kekerasan.
Situasi Politik yang Tegang Menjelang Pemilu
Serangan ini terjadi di tengah situasi politik Kolombia yang tegang menjelang pemilu. Ketegangan semakin meningkat setelah percobaan pembunuhan terhadap senator konservatif Miguel Uribe di Bogota tiga hari sebelumnya.
Uribe, yang sedang berkampanye, ditembak dua kali di kepala. Seorang remaja berusia 15 tahun telah ditangkap dan mengaku tidak bersalah atas tuduhan percobaan pembunuhan tersebut.
Pemerintah Kolombia meyakini pelaku adalah pembunuh bayaran profesional. Presiden Gustavo Petro menyatakan serangan tersebut kemungkinan diperintahkan oleh “mafia internasional”.
Presiden Petro juga mengklaim pengawalan Uribe sengaja dikurangi pada hari penembakan. Tuduhan ini semakin memperkeruh suasana politik di Kolombia.
Meskipun EMC mengeluarkan pernyataan yang memperingatkan masyarakat untuk menjauh dari fasilitas militer dan polisi, mereka tidak mengakui bertanggung jawab atas rentetan serangan tersebut. Ketidakpastian mengenai dalang di balik serangan ini menambah kekhawatiran.
Rentetan serangan bom dan senjata api di Kolombia telah menimbulkan korban jiwa dan kerusakan yang signifikan, dan situasi ini perlu ditangani dengan cepat dan serius. Ketegangan politik yang sudah ada sebelumnya semakin diperburuk oleh insiden ini, menimbulkan kekhawatiran akan potensi eskalasi konflik lebih lanjut. Investigasi menyeluruh dan upaya untuk menenangkan situasi sangatlah penting untuk mencegah kekerasan lebih lanjut dan melindungi warga sipil.