Hentikan Perbandingan Diri! Bahayakah untuk Kesehatan Mental Anda?

Pernahkah Anda merasa tertinggal? Seakan semua orang maju pesat sementara Anda masih berjuang menemukan arah hidup?
Teman-teman Anda menikah, naik jabatan, membeli rumah, atau berlibur ke Bali, sementara Anda masih merenungkan tujuan hidup. Meskipun Anda berusaha keras untuk tidak membandingkan diri, perasaan tersebut tetap muncul.
Gayathri Arvind, pakar kesehatan mental dan pendiri Abhasa Rehab and Wellness, menjelaskan bahwa membandingkan diri bukanlah kesalahan. Ini adalah hal yang wajar, dengan akar yang dalam secara psikologis dan emosional.
Selama akar permasalahan ini tidak diidentifikasi dan diatasi, perasaan tertinggal akan terus menghantui. Memahami akar penyebabnya adalah kunci untuk mengatasi masalah ini.
Memahami Keinginan Tersembunyi Lewat Perbandingan
Kita tidak membandingkan diri dengan semua orang. Hanya mereka yang memiliki sesuatu yang kita inginkan secara diam-diam yang menjadi objek perbandingan.
Gayathri menjelaskan bahwa perbandingan sesungguhnya adalah cermin yang memantulkan keinginan tersembunyi dalam diri kita. Ini bukan musuh, melainkan petunjuk.
Akui keinginan tersebut tanpa menghakimi diri. Pelajari proses yang ditempuh orang lain untuk mencapai keberhasilan mereka.
Amati apa yang mereka korbankan, keterampilan apa yang mereka bangun, dan bagaimana Anda dapat memulai perjalanan serupa sesuai versi Anda sendiri.
Menemukan Jati Diri untuk Menghentikan Perbandingan
Kadang, perbandingan muncul bukan karena menginginkan sesuatu, melainkan karena ketidakpastian jati diri. Melihat orang lain dengan arah hidup yang jelas membuat kita mempertanyakan pilihan hidup sendiri.
Tanpa identitas yang jelas, kita menjadi seperti spons, menyerap keputusan orang lain dan melupakan apa yang sebenarnya kita inginkan. Ini adalah masalah yang serius.
Gali nilai-nilai pribadi Anda. Apa yang benar-benar penting bagi Anda?
Hidup seperti apa yang membuat Anda bangga, terlepas dari penilaian orang lain? Definisikan hidup Anda sendiri; kebutuhan untuk membandingkan akan memudar.
Perbandingan Sebagai Mekanisme Pertahanan Otak
Meskipun merasa bahagia, melihat pencapaian orang lain di media sosial bisa memicu rasa tidak nyaman. Ini bukan sekadar kecemburuan.
Ini adalah respons rasa takut dari otak kita yang masih terprogram dengan naluri bertahan hidup dari zaman dahulu. Otak kita secara insting memindai lingkungan untuk memastikan status sosial.
Sadari ketika perbandingan muncul dari rasa takut. Kenali perasaan mendesak dan tidak nyaman yang menyertainya.
Ambil jeda, tarik napas, dan tanyakan pada diri sendiri: “Apa pendapatku sendiri tentang hidupku?”. Keamanan diri akan mengurangi kebutuhan untuk membandingkan diri dengan orang lain.
Mengatasi Luka Emosional yang Menjadi Akar Perbandingan
Perbandingan bisa berakar dari luka emosional yang belum sembuh. Rasa sakit ini bukan karena iri, melainkan karena merasa tidak cukup baik.
Ini tentang masa lalu Anda, tentang kebutuhan untuk dilihat, didengar, dan dihargai yang mungkin tidak terpenuhi saat itu.
Tanyakan pada diri sendiri: “Kapan pertama kali aku merasa tidak cukup?”. Identifikasi keyakinan yang muncul dari momen tersebut dan nilai apakah masih relevan saat ini.
Terapi, inner child healing, atau membangun hubungan yang suportif dapat membantu penyembuhan. Ketika luka sembuh, perbandingan akan berkurang.
Pada akhirnya, Anda tidak perlu melawan perbandingan. Pahami akarnya, dan Anda akan memiliki kekuatan untuk bangkit di atasnya. Fokus pada perjalanan Anda sendiri, dan nikmati proses pertumbuhan dan penemuan diri.