Quraish Shihab: AI & Masa Depan di IBF 2025

Majelis Hukama Muslimin (MHM) sukses menggelar diskusi panel menarik seputar kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) pada hari pertama Islamic Book Fair (IBF) 2025. Diskusi bertema “Penguatan Literasi dan Pentingnya Menyiapkan Kedaulatan AI versi Indonesia” ini menghadirkan pembicara-pembicara ternama dari berbagai latar belakang.
Para pakar yang hadir memberikan perspektif yang komprehensif mengenai peran AI dalam konteks Indonesia, mempertimbangkan aspek teknologi, etika, dan nilai-nilai keagamaan. Diskusi ini menjadi sorotan penting dalam IBF 2025, mengingat peran krusial AI dalam berbagai aspek kehidupan modern.
Nilai-nilai Islami dalam Pengembangan AI
Prof. M. Quraish Shihab, Pendiri dan Anggota MHM, menekankan pentingnya integrasi nilai-nilai Islam dalam pengembangan dan pemanfaatan teknologi AI. Beliau mengaitkan hal ini dengan ajaran Al-Qur’an yang mengutamakan manfaat dan kemanusiaan.
Prof. Quraish mengutip ayat Al-Qur’an “Iqra’ bismirabbik,” yang menekankan pentingnya membaca demi Tuhan, kemanusiaan, dan nilai-nilai kemanusiaan. Pengembangan AI, menurut beliau, harus selaras dengan prinsip-prinsip tersebut.
Ia juga menyinggung pentingnya asas kebermanfaatan dalam pengembangan teknologi. Pencegahan terhadap dampak buruk AI harus diprioritaskan, bahkan di atas pencapaian manfaat semata.
Prof. Quraish menambahkan pentingnya keseimbangan antara akal dan hati, ilmu dan iman dalam pemanfaatan teknologi. Kemajuan teknologi mempercepat pencapaian tujuan, tetapi iman menentukan arah tujuan tersebut. Kenyamanan sejati terletak pada iman, bukan hanya kemajuan teknologi.
Beliau menuturkan hasil diskusi para ulama di Bahrain mengenai jawaban yang diberikan AI. Jawaban AI yang relevan di satu negara belum tentu relevan di negara lain, termasuk di Indonesia. Konteks budaya dan sosial harus selalu menjadi pertimbangan.
Manfaat dan Risiko Kecerdasan Buatan
Rezzy Eko Caraka, Peneliti BRIN, memaparkan manfaat dan risiko penggunaan AI. AI bukanlah pengganti manusia; manusia tetap memiliki peran utama sebagai khalifah di bumi. AI hanya alat bantu.
Namun, AI dapat dimanfaatkan secara luas dalam berbagai bidang, seperti data sains, deteksi kesalahan transaksi keuangan, hingga strategi olahraga. Potensi AI untuk meningkatkan efisiensi dan akurasi sangat besar.
Di sisi lain, Rezzy mengingatkan akan risiko keamanan data pribadi dan ketergantungan yang berpotensi menurunkan kemampuan berpikir manusia. Penggunaan AI yang bijak sangat penting untuk menghindari risiko tersebut.
Ia menekankan perlunya kesadaran akan potensi penyalahgunaan AI, seperti penggunaan data pribadi tanpa izin. Pendidikan dan literasi digital menjadi kunci agar masyarakat mampu memanfaatkan AI secara bertanggung jawab.
Kedaulatan AI untuk Indonesia
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Pratikno, menekankan pentingnya kedaulatan AI bagi Indonesia. Berbagai sektor, seperti anak, perempuan, keluarga, agama, pendidikan, kesehatan, dan kebudayaan, terpengaruh oleh perkembangan teknologi.
Indonesia harus mampu mengembangkan dan mengendalikan teknologinya sendiri agar tidak bergantung pada negara lain. Kemampuan mengelola AI menjadi kunci dalam memanfaatkan teknologi untuk kemajuan bangsa.
Pratikno menekankan bahwa AI dapat digunakan untuk membangun karakter bangsa, memajukan ilmu pengetahuan, dan meningkatkan layanan kesehatan. Namun, hal ini bergantung pada algoritma dan data yang digunakan AI.
Ia menambahkan pentingnya memasukkan data Indonesia dalam algoritma AI. Tanpa data lokal, AI akan cenderung menggunakan data dari negara lain, sehingga hasil yang diberikan tidak sesuai dengan konteks Indonesia.
Lebih lanjut, Pratikno mengingatkan bahwa AI bukanlah institusi netral. Jawaban AI dipengaruhi oleh algoritma dan data yang dimasukkan. Oleh karena itu, Indonesia perlu memastikan data yang dimasukkan representatif dan mencerminkan nilai-nilai bangsa.
Beliau juga menyoroti potensi risiko AI dalam konteks keagamaan, seperti mengurangi konsep jamaah dan menciptakan kesenjangan antar generasi. Validasi terhadap informasi dari AI perlu dilakukan secara kritis.
Diskusi MHM di IBF 2025 menyoroti peran penting nilai-nilai keagamaan dan kedaulatan nasional dalam pengembangan dan pemanfaatan AI. Keberhasilan Indonesia dalam memanfaatkan AI bergantung pada kemampuannya mengelola teknologi dengan bijak, menimbang manfaat dan risikonya, serta memastikan keselarasan dengan nilai-nilai budaya dan agama. Perlu adanya kerjasama yang intensif antara pemerintah, akademisi, dan masyarakat untuk mewujudkan hal tersebut.