Berita

Kepala Sekolah Tidur Seadanya: Kisah Inspiratif & Kontroversial TNI

Retret lima hari bagi kepala Sekolah Rakyat (SR) dalam persiapan program SR baru-baru ini menuai pro dan kontra. Meskipun dinilai bermanfaat dalam membangun karakter, beberapa pihak mengkritiknya karena terkesan militeristik.

Retret Sekolah Rakyat: Tiga Hari Pelatihan, Dua Hari di Barak Militer

Tahapan retret terbagi menjadi dua lokasi. Tiga hari pertama, para kepala sekolah mengikuti pelatihan di Balai Diklat Kementerian Sosial di Margaguna, Jakarta Selatan.

Selanjutnya, mereka berpindah ke barak militer Komplek Resimen Arhanud I, Faletehan, Kodam Jaya, Jakarta, selama dua hari. Total 42 kepala sekolah dari berbagai daerah mengikuti kegiatan ini.

Pengalaman Berkesan: Tidur Ala Prajurit dan Nilai Pengabdian

M Jufrianto, kepala SR dari Sentra Pangurangi, Takalar, Sulawesi Selatan, berbagi pengalamannya. Ia menekankan bahwa meskipun ada materi yang disampaikan purnawirawan TNI, tidak ada unsur militerisasi yang diterapkan.

Jufrianto menjelaskan bahwa inti retret adalah tentang pengabdian, dimana nilai-nilai juang 1945 diajarkan oleh seorang purnawirawan Mayjen. Ia merasakan manfaat besar dari pelatihan ini.

Para kepala sekolah merasakan kehidupan ala prajurit TNI, termasuk tidur dengan alas seadanya. Hal ini dinilai bermanfaat untuk meningkatkan empati terhadap masyarakat kurang mampu.

Pengalaman mengantre makanan, layaknya siswa SR yang menerapkan sistem boarding school, memberikan pemahaman yang berharga. Jufrianto yakin pengalaman ini akan mencegah mereka menilai masyarakat bawah secara gegabah.

Klarifikasi Pemerintah: Bukan Militerisasi, Melainkan Penguatan Karakter

Wakil Menteri Sosial (Wamensos) Agus Jabo menegaskan bahwa retret bukan bentuk militerisasi pendidikan. Tujuannya adalah untuk memperkuat karakter dan kedisiplinan para pendidik.

Meskipun berlokasi di barak TNI, program ini berfokus pada pengembangan karakter, bukan untuk mengubah para kepala sekolah menjadi tentara. Kerjasama dengan TNI dipilih karena reputasi mereka dalam kedisiplinan dan kekesatuan.

Secara keseluruhan, retret tersebut, meski menuai kontroversi, menawarkan pengalaman unik yang dinilai bermanfaat bagi para kepala Sekolah Rakyat dalam membentuk karakter dan empati mereka. Pengalaman tinggal di lingkungan militer, meski sederhana, memberikan wawasan berharga tentang nilai pengabdian dan kehidupan masyarakat kurang mampu. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Sekolah Rakyat ke depannya.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button