Gaya Hidup

Pakar Ungkap Rahasia Mengelola Emosi: Tenang & Bahagia Sejati

Advokat kesehatan mental, Gayathri Arvind, mengajak publik untuk memahami proses emosi dengan benar. Ia menekankan pentingnya melampaui pemahaman permukaan tentang istilah yang sering disalahartikan ini.

Dalam wawancara di kanal YouTube Abhasa – Mental Health, Arvind menjelaskan emosi sebagai pesan kimiawi tubuh. Pesan ini membimbing respons individu terhadap situasi tertentu.

Memahami Jenis-jenis Emosi

Arvind mengklasifikasikan emosi menjadi tiga jenis utama. Emosi primer meliputi rasa takut, sedih, dan bahagia.

Emosi sekunder muncul karena pengondisian sosial. Contohnya, rasa bersalah karena marah, atau malu karena sedih.

Terakhir, emosi kompleks seperti iri hati, dendam, dan putus asa memiliki lapisan yang lebih dalam dan rumit. Pemahaman atas perbedaan ini krusial dalam mengelola emosi.

Emosi vs. Pikiran Tambahan: Sumber Kesalahpahaman

Arvind menggunakan contoh rasa cemburu untuk menjelaskan bagaimana pikiran tambahan memperumit proses emosi. Rasa cemburu, sebagai emosi primer, bersifat sementara.

Namun, pikiran seperti “Saya tidak seharusnya merasa seperti ini” memicu emosi sekunder seperti rasa malu dan bersalah. Hal ini menciptakan lingkaran setan yang memperpanjang dan memperparah pengalaman emosional.

Intinya, bukan emosi itu sendiri yang menjadi masalah, melainkan pikiran yang kita kaitkan dengannya. Pola pikir kita terbentuk dari berbagai pengalaman dan keyakinan yang ditanamkan sejak kecil.

Menghadapi Emosi dengan Rasa Ingin Tahu, Bukan Ketakutan

Meskipun kita tidak bisa sepenuhnya mengontrol pikiran, kita bisa memilih untuk mengganti pikiran negatif dengan yang lebih konstruktif. Arvind menyarankan latihan berhenti sejenak saat merasakan emosi kuat.

Tanyakan pada diri sendiri, “Apa pesan emosi ini? Apa yang ingin disampaikannya?”. Pendekatan ini mendorong kita untuk menghadapi emosi dengan rasa ingin tahu, bukan ketakutan.

Setiap emosi memiliki tujuan. Kecemburuan bisa menunjukkan keinginan terpendam, sementara kemarahan menunjukkan nilai-nilai yang kita junjung tinggi. Memahami emosi akan mengurangi kekuasaannya atas diri kita.

Dengan demikian, memahami dan memproses emosi dengan benar bukanlah tentang menekan atau menghindari perasaan negatif. Sebaliknya, ini tentang mengenali, memahami, dan merespons pesan yang disampaikan oleh tubuh kita dengan bijak dan konstruktif. Hal ini memungkinkan kita untuk hidup lebih seimbang dan penuh kesadaran.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button