Terlalu Bergantung Pada Orang Lain? Ini Dampaknya Bagi Kesehatanmu!

Merasa terlalu terikat pada seseorang? Rasanya seperti hidup Anda bergantung sepenuhnya pada orang lain. Ini gambaran dari keterikatan emosional yang berbahaya.
Keterikatan ini bisa sangat menyakitkan. Bahkan tindakan kecil dari pasangan bisa memicu kepanikan dan kesedihan yang luar biasa.
Kehilangan selera makan, sulit berpikir jernih, dan suasana hati yang tak menentu adalah beberapa gejalanya. Pertanyaannya, apakah cinta seharusnya se-menyakitkan ini?
Cinta Sejati: Bukan Sumber Penyiksaan
Cinta yang sehat memungkinkan Anda untuk tetap menjadi diri sendiri. Anda mencintai pasangan, namun identitas Anda tetap utuh dan independen.
Sayangnya, tidak semua orang tumbuh di lingkungan yang mencontohkan cinta yang sehat. Banyak yang belajar tentang cinta melalui trauma dan rasa tidak aman.
Cinta yang disertai syarat, rasa bersalah, atau ancaman penarikan kasih sayang, membentuk pola pikir yang salah tentang cinta. Ini dapat menyebabkan kecemasan dan perjuangan untuk pembuktian diri yang tak sehat.
Asal-Usul Keterikatan Emosional
Gayathri Arvind, seorang advokat kesehatan mental, menjelaskan bahwa keterikatan emosional yang berlebihan seringkali berakar pada masa kanak-kanak.
Jika Anda tumbuh tanpa cinta yang stabil, sistem saraf Anda akan belajar bahwa cinta itu penuh tekanan dan kecemasan. Pola ini akan terbawa hingga dewasa.
Ketika seseorang memberikan perhatian dan rasa aman yang selama ini Anda rindukan, Anda merasa hidup kembali. Namun, di sini jebakan dimulai.
Luka masa lalu berubah menjadi harapan baru, yaitu bahwa orang ini akan mengisi kekosongan dalam diri Anda. Harapan ini menjadi akar dari keterikatan yang berlebihan.
Dari Keterikatan ke Ketergantungan: Batas yang Kabur
Awalnya, keterikatan mungkin tampak seperti bentuk cinta yang intens. Namun, ketika rasa aman hanya muncul ketika orang tersebut hadir, batas antara cinta dan ketergantungan menjadi kabur.
Anda mulai mengecilkan diri sendiri, mengabaikan kebutuhan pribadi, dan kehilangan jati diri. Ketergantungan emosional telah menguasai.
Ini seperti bangunan yang berdiri di atas fondasi yang rapuh; jika fondasi itu runtuh, maka bangunan pun ikut roboh. Begitu pula dengan hubungan yang dibangun atas dasar ketergantungan emosional.
Sadar akan pola ini adalah langkah pertama menuju penyembuhan. Ini bukanlah tanda kelemahan, melainkan warisan emosi dari masa lalu.
Dengan kesadaran, korteks prefrontal—bagian otak yang mengatur pengambilan keputusan—menjadi aktif. Anda bisa mulai membuat pilihan yang berbeda.
Ingatkan diri sendiri bahwa Anda memiliki kekuatan untuk memilih cara yang lebih sehat dalam menjalin hubungan. Anda berhak untuk mencintai dan dicintai tanpa kehilangan jati diri.
Jika kesadaran diri saja tidak cukup, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional. Terapi, pekerjaan batin anak, atau penyembuhan sistem saraf bisa membantu Anda.
Tujuannya adalah untuk membantu Anda kembali pada diri sendiri, untuk mencintai dengan utuh dan tanpa kehilangan jati diri. Proses ini akan membawa Anda menuju hubungan yang lebih sehat dan bahagia.