Jawa Tengah: Menuju Sentra Industri Hijau, 5 Strategi Jitu

Jawa Tengah, dengan potensi energi surya mencapai 194 GW, berambisi besar menjadi pusat industri hijau nasional. Komitmen ini diwujudkan melalui berbagai forum strategis, salah satunya Central Java Renewable Energy Investment Forum 2025 yang baru saja digelar di Semarang. Kerjasama antara Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Institute for Essential Services Reform (IESR) dalam forum ini bertujuan untuk menarik investasi hijau dan mempercepat transisi energi di provinsi tersebut.
Provinsi ini memang memiliki daya tarik bagi investor. Letak geografisnya yang strategis, infrastruktur memadai, dan perekonomian yang kompetitif menjadi daya pikat utama.
Potensi Besar Energi Terbarukan Jawa Tengah
Jawa Tengah memiliki potensi energi surya yang luar biasa, mencapai 194 GW. IESR bahkan mengidentifikasi potensi proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang layak secara finansial hingga 13,5 GW, tersebar di 12 wilayah.
Namun, angka tersebut masih jauh dari target Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034 yang hanya menargetkan pengembangan PLTS sebesar 3,8 GW. Ini menunjukkan celah besar yang perlu dijembatani untuk memaksimalkan potensi energi terbarukan Jawa Tengah.
Strategi Menuju Industri Hijau
Untuk mencapai target bauran energi terbarukan 21,32% pada 2025 (saat ini baru 18,58%), Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan IESR telah meluncurkan “Book of Prospect”. Buku ini berisi 16 profil proyek energi terbarukan dengan total potensi investasi mencapai USD8,26 miliar atau sekitar Rp132 triliun.
Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Lutfi, melalui Asisten Ekonomi dan Pembangunan Sujarwanto Dwiatmoko, menegaskan komitmen pemerintah daerah untuk memfasilitasi investasi energi terbarukan. Program Desa Mandiri Energi juga menjadi bukti nyata dukungan terhadap pengembangan energi baru terbarukan di tingkat desa.
Langkah-Langkah Akselerasi Transisi Energi
IESR menyoroti lima langkah prioritas yang perlu diambil Pemprov Jateng untuk memperkuat posisinya sebagai pusat industri hijau:
- Penyusunan Peta Jalan Investasi Hijau 2025-2035: Integrasi target energi terbarukan, transformasi industri, dan infrastruktur menjadi kunci keberhasilan.
- Pembentukan Unit Khusus Investasi Hijau: Unit ini akan memberikan layanan dan insentif khusus bagi investor.
- Pembangunan Kawasan Industri Hijau: Pembangunan ini akan mendukung ekonomi sirkular dan teknologi bersih, termasuk untuk UMKM.
- Kolaborasi dengan Lembaga Keuangan: Kerjasama ini diperlukan untuk menyediakan skema pembiayaan hijau yang inovatif.
- Peningkatan Kapasitas SDM Lokal: Pelatihan keterampilan hijau dan kolaborasi riset dengan perguruan tinggi menjadi sangat penting.
Direktur Eksekutif IESR, Fabby Tumiwa, menekankan pentingnya alih investasi global dari proyek berbasis fosil ke aset hijau yang sesuai prinsip ESG. Asia Pasifik, termasuk Indonesia, menjadi kawasan yang kini dilirik investor.
Realisasi investasi di Jawa Tengah selama periode 2020-2024 telah mencapai Rp88,44 triliun, termasuk PMA dan PMDN serta sektor UMKM. Singapura, Jepang, dan Tiongkok menjadi investor utama.
Jawa Tengah, dengan potensi teknis energi terbarukan mencapai 201 GW dan infrastruktur yang memadai, memiliki peluang emas untuk memimpin peralihan energi bersih dan pembangunan ekonomi rendah emisi di Indonesia. Komitmen dan strategi yang terarah, didukung oleh kerjasama yang kuat antara pemerintah, swasta, dan lembaga riset, akan menjadi kunci keberhasilan transformasi ini. Keberhasilan ini akan berdampak positif tidak hanya bagi Jawa Tengah, tetapi juga bagi Indonesia dalam mencapai target energi terbarukan nasional.