Kebijakan Afirmatif Pejuang Garis Depan? DPRD Jakarta Desak Pemprov
Infertilitas, atau ketidakmampuan memiliki anak, menjadi masalah nyata yang dihadapi banyak pasangan di kota-kota besar, termasuk Jakarta. Data menunjukkan 12-15% pasangan usia subur di Indonesia mengalami kesulitan ini, sebuah angka yang cukup signifikan dan membutuhkan perhatian serius. Ketidakhadiran kebijakan nasional yang spesifik untuk membantu pasangan yang berjuang untuk mendapatkan keturunan semakin memperparah situasi.
Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Wibi Andrino, menyoroti isu ini dan mendorong pemerintah untuk mengambil tindakan. Beliau menekankan perlunya kebijakan afirmatif yang berpihak pada “pejuang garis dua,” sebutan untuk pasangan yang sedang berupaya memiliki anak. Inspirasi dapat diambil dari negara-negara maju seperti Jepang, Korea Selatan, dan Singapura yang telah menerapkan berbagai program pendukung kesuburan.
Kebijakan Pendukung Kesuburan di Negara Maju: Inspirasi untuk Indonesia
Jepang, Korea Selatan, dan Singapura telah menunjukkan komitmen nyata dalam mengatasi infertilitas. Program-program mereka meliputi subsidi finansial untuk prosedur medis seperti inseminasi buatan (IVF), cuti khusus untuk pasangan yang menjalani pengobatan kesuburan, serta layanan konseling yang komprehensif. Hal ini menunjukkan pentingnya peran pemerintah dalam mendukung kesehatan reproduksi warganya.
Model-model keberhasilan di negara maju ini dapat menjadi acuan bagi Indonesia. Dengan dukungan pemerintah, biaya pengobatan kesuburan yang tinggi dapat diturunkan, mengurangi beban finansial bagi pasangan yang berjuang. Cuti fertilitas juga akan memberikan dukungan yang berharga bagi pasangan agar mereka dapat fokus menjalani proses pengobatan tanpa mengkhawatirkan pekerjaan.
Usulan Kebijakan Afirmatif untuk Pejuang Garis Dua di Jakarta
Wibi Andrino mengusulkan beberapa program inovatif bagi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk menjadi pelopor dalam memberikan dukungan kepada pasangan yang mengalami infertilitas. Program-program ini dirancang untuk memberikan akses yang lebih mudah dan terjangkau terhadap layanan kesehatan reproduksi.
Salah satu usulannya adalah subsidi program fertilitas di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD). Hal ini akan meringankan beban biaya yang cukup besar untuk prosedur IVF. Prioritas akan diberikan kepada pasangan berpenghasilan rendah-menengah dan ber-KTP DKI Jakarta. Program ini bertujuan untuk memastikan kesetaraan akses terhadap layanan kesehatan reproduksi berkualitas tinggi.
Subsidi Program Fertilitas di RSUD
Program ini akan memberikan pembiayaan parsial bagi pasangan yang menjalani prosedur inseminasi buatan atau bayi tabung di RSUD kelas A/B. Prioritas diberikan kepada pasangan dengan penghasilan rendah-menengah dan ber-KTP DKI Jakarta. Dengan demikian, biaya prosedur yang biasanya sangat tinggi dapat menjadi lebih terjangkau.
Pemeriksaan Fertilitas Gratis di Puskesmas
Wibi juga mengusulkan pemeriksaan fertilitas gratis atau terjangkau di Puskesmas. Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan hormon, USG, dan edukasi fertilitas sebagai bagian dari pelayanan kesehatan dasar. Program ini akan diintegrasikan dengan program Kesehatan Reproduksi Ibu dan Remaja yang sudah ada. Tujuannya adalah untuk mendeteksi masalah kesuburan sedini mungkin.
Konseling dan Dukungan Psikososial
Infertilitas tak hanya masalah medis, tetapi juga masalah psikososial yang dapat menimbulkan stres dan tekanan mental bagi pasangan. Oleh karena itu, Wibi mendorong adanya layanan konseling di puskesmas dan RSUD untuk mendampingi pasangan menghadapi tantangan emosional ini. Kolaborasi dengan psikolog, tenaga medis, dan komunitas sangat penting untuk keberhasilan program ini.
Cuti Fertilitas untuk ASN dan BUMD
Usulan terakhir adalah pemberian cuti fertilitas bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Cuti khusus ini diberikan selama menjalani prosedur IVF atau tindakan medis fertilitas lainnya tanpa mengurangi hak cuti lainnya. Ini bertujuan untuk memberikan dukungan bagi pasangan yang menjalani perawatan kesuburan agar mereka dapat fokus pada proses tanpa harus khawatir kehilangan pekerjaan.
Mewujudkan Kesetaraan Akses dan Harapan Baru
Langkah-langkah yang diusulkan oleh Wibi Andrino menunjukkan komitmen untuk menciptakan kebijakan yang lebih inklusif dan berempati terhadap pasangan yang menghadapi infertilitas. Jakarta, sebagai ibu kota, memiliki potensi besar untuk menjadi contoh bagi daerah lain dalam mengatasi isu ini. Dengan dukungan program-program yang komprehensif dan terintegrasi, harapan untuk memiliki anak dapat menjadi kenyataan bagi lebih banyak pasangan. Pemerintah pusat dan daerah diharapkan dapat segera merealisasikan usulan ini untuk mewujudkan keadilan sosial dan kesehatan reproduksi bagi seluruh masyarakat.




