SBY: 30 Tahun Militer, Cinta Damai? Kisah Inspiratifnya
Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), kembali menegaskan komitmennya terhadap perdamaian dunia. Meskipun memiliki latar belakang militer selama tiga dekade, SBY menekankan kecintaannya pada perdamaian dan penolakannya terhadap konflik. Hal ini disampaikan SBY dalam peluncuran video musik “Save Our World” di Djakarta Theatre, Selasa (1/7/2025).
SBY secara khusus memaparkan pesan perdamaian ini, bukan hanya melalui kata-kata, tetapi juga melalui karya seni. Ia pun memperkenalkan dua buah lukisan karyanya yang dipamerkan berdampingan dengan peluncuran video musik tersebut.
Komitmen Perdamaian SBY: Dari Militer hingga Kanvas
SBY dengan tegas menyatakan, “Meskipun saya prajurit 30 tahun menjadi anggota militer, *but I love peace*. Kalau bisa damai, mengapa harus perang?” Pernyataan ini menggarisbawahi konsistensi komitmennya pada perdamaian, terlepas dari pengalamannya di dunia militer.
Kedua lukisan tersebut menjadi representasi visual dari komitmen SBY. Lukisan pertama, yang diberi judul “Stockbone,” menggambarkan kehancuran perang dan penderitaan yang dialami oleh manusia tak berdosa akibat konflik.
Sementara lukisan kedua, yang masih dalam proses penyelesaian, bertema “restore peace dan peace with nature.” Lukisan ini menggambarkan hamparan alam yang indah sebagai simbol dunia yang bersatu dalam kedamaian.
SBY menjelaskan, “Lukisan itu mengingatkan kita untuk memilih, mau terus hidup dalam kekerasan, atau damai demi anak-cucu.” Pesan ini menekankan pentingnya perdamaian, bukan hanya untuk generasi sekarang, tetapi juga untuk masa depan.
Lagu “Save Our World”: Inspirasi dari Konferensi Oslo
Acara peluncuran video musik “Save Our World” juga menjadi kesempatan SBY untuk menjelaskan proses kreatif di balik lagu tersebut.
Ia terinspirasi setelah menghadiri Konferensi Climate and Forestry di Oslo, Norwegia, pada tahun 2010. Konferensi ini diselenggarakan bersama Perdana Menteri Jens Stoltenberg.
SBY mengenang, “Setelah tiga hari di Oslo, semangatnya luar biasa. Pagi-pagi, sebelum kembali ke Jakarta, ditemani almarhumah Ibu Ani, saya menulis lagu ini.” Lagu ini kemudian sempat diputar pada pembukaan KTT APEC di Honolulu, 2011.
Versi terbaru dari lagu “Save Our World” ini dirilis ulang dengan aransemen baru sebagai bagian dari kampanye keberlanjutan The Yudhoyono Institute (TYI).
Krisis Iklim: Ancaman Lebih Besar dari Perang
SBY juga menyoroti krisis iklim sebagai ancaman yang lebih besar daripada peperangan.
Ia mengingatkan para pemimpin dunia agar tidak menganggap enteng krisis iklim sebagai berita bohong atau hoaks.
SBY menegaskan, “Jika kita gagal mencegah kenaikan suhu panas bumi, masa depan rakyat tidak aman. Setelah ditandatanganinya Paris Agreement, harus diwujudkan. Dengan cara itu, Insya Allah masa depan kita juga selamat.”
Ia menyerukan persatuan dan aksi nyata untuk mengatasi krisis iklim. “Seluruh bangsa harus bersatu, *say something and do something*. Dunia pun begitu. Kalau situasi masih begini, kesadaran akan iklim makin menjauh, digantikan ambisi dan ego,” tegasnya.
Peluncuran video musik dan pameran lukisan ini bukan hanya sekadar kegiatan artistik, tetapi juga menjadi kampanye kuat untuk perdamaian dan kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan. Pesan SBY untuk perdamaian dan aksi nyata dalam menghadapi krisis iklim patut menjadi renungan bagi kita semua. Komitmennya yang konsisten, terlepas dari latar belakangnya, menunjukkan betapa pentingnya perdamaian dan kelangsungan hidup planet ini bagi pemimpin dunia.




