Pandeglang menghadapi dilema. Rencana kerja sama pengelolaan sampah dengan Kota Tangerang Selatan (Tangsel) menuai kontroversi. Proyek ini, yang bertujuan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pandeglang, dihadapkan pada penolakan keras dari warga sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bangkonol. Keberlanjutan proyek ini kini menjadi pertanyaan besar.
Pemkab Pandeglang Tetap Pertimbangkan Kerja Sama Pengelolaan Sampah dengan Tangsel
Bupati Pandeglang, Rd. Dewi Setiani, menegaskan bahwa rencana kerja sama pengolahan sampah dengan Tangsel masih dalam tahap pembahasan intensif. Pemkab berencana menunjuk Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Pandeglang untuk mengelola proyek ini. Namun, proses ini masih berjalan dan belum ada keputusan final.
Dewi Setiani menekankan bahwa tujuan utama kerja sama ini adalah peningkatan PAD dari sektor persampahan. Meskipun demikian, nilai potensi PAD yang diharapkan masih belum dapat dipublikasikan karena masih dalam tahap perhitungan.
Sebuah tim dari Pemkab Pandeglang akan segera melakukan perjalanan ke Kota Tangsel untuk membahas lebih lanjut detail kerja sama tersebut. Pertemuan ini diharapkan dapat memperjelas berbagai aspek teknis dan finansial dari proyek ini.
Penolakan Warga dan Dampak Lingkungan Menjadi Pertimbangan Utama
Warga sekitar TPA Bangkonol telah menyatakan penolakan tegas terhadap rencana tersebut. Mereka khawatir bahwa tambahan sampah dari Tangsel akan semakin memperparah kondisi lingkungan yang sudah memprihatinkan.
Bau sampah yang menyengat dan dampak kesehatan yang ditimbulkan dari TPA Bangkonol yang sudah ada saat ini menjadi alasan utama penolakan warga. Mereka merasa beban lingkungan yang sudah berat akan semakin bertambah dengan penambahan sampah dari Tangsel.
Bupati Dewi Setiani merespon kekhawatiran warga dengan menjanjikan kompensasi dan kesempatan bagi warga untuk terlibat dalam pengelolaan sampah. Namun, detail mekanisme kompensasi dan partisipasi warga masih belum dijelaskan secara rinci.
Kekhawatiran Terkait Dampak Kesehatan
Bau sampah yang berasal dari TPA Bangkonol telah lama menjadi masalah bagi warga sekitar. Kondisi ini berpotensi menimbulkan berbagai masalah kesehatan, seperti infeksi saluran pernapasan dan penyakit kulit.
Penambahan volume sampah dari Tangsel dikhawatirkan akan memperburuk kondisi ini dan berdampak negatif pada kesehatan masyarakat sekitar TPA. Pemerintah perlu memberikan jaminan keamanan dan kesehatan bagi warga terdampak.
Tantangan dan Peluang Kerja Sama Pengelolaan Sampah Antar Daerah
Proyek kerja sama ini menunjukkan upaya Pemkab Pandeglang untuk mencari solusi pengelolaan sampah dan meningkatkan PAD. Namun, tantangan terbesar terletak pada bagaimana mengatasi penolakan warga dan memastikan pengelolaan sampah yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Pemerintah perlu melibatkan warga secara aktif dalam proses pengambilan keputusan dan memastikan bahwa dampak lingkungan dipertimbangkan secara matang. Transparansi dan komunikasi yang efektif dengan masyarakat sangat penting untuk mendapatkan dukungan dan mengurangi potensi konflik.
Keberhasilan proyek ini akan bergantung pada kemampuan Pemkab Pandeglang untuk menemukan keseimbangan antara peningkatan PAD, pengelolaan sampah yang efektif, dan kepedulian terhadap lingkungan serta kesehatan masyarakat. Keberadaan TPA Bangkonol yang telah beroperasi dan menimbulkan masalah lingkungan juga perlu ditangani secara menyeluruh.
Pemkab Pandeglang perlu mempertimbangkan berbagai aspek sebelum mengambil keputusan final. Kompensasi kepada warga, penggunaan teknologi pengelolaan sampah yang ramah lingkungan, dan pengawasan ketat terhadap operasional TPA menjadi kunci keberhasilan proyek ini. Jika semua aspek tersebut dapat dipenuhi dengan baik, kerja sama pengelolaan sampah ini berpotensi menjadi solusi yang menguntungkan semua pihak. Namun, jika tidak, proyek ini justru akan menimbulkan masalah baru dan memperburuk situasi yang ada. Oleh karena itu, perencanaan yang matang dan transparan sangat krusial untuk keberhasilannya.
