Dua Gubernur Silaturahmi Dedi Mulyadi: Pengaruh Citra dan Politik

Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, baru-baru ini menerima kunjungan dari dua kepala daerah. Gubernur Kalimantan Timur, Rudy Mas’ud, mengunjungi kediaman pribadi Dedi di Lembur Pakuan, Subang, pada Minggu, 4 Mei 2025. Kunjungan serupa dilakukan Gubernur Maluku Utara, Sherly Tjoanda, pada Minggu, 8 Juni 2025.
Kedua kunjungan tersebut bertujuan untuk membahas potensi kerja sama antar daerah, demi meningkatkan perekonomian masing-masing wilayah. Fenomena kunjungan antar-gubernur ini memicu pertanyaan: apakah hal ini merupakan praktik umum dalam politik Indonesia?
Kunjungan Silaturahmi Antar Gubernur: Sebuah Praktik Lumrah
Menurut Dadang Rahmat Hidayat, pakar komunikasi politik Universitas Padjadjaran, kunjungan silaturahmi antar gubernur untuk menjajaki kerja sama merupakan hal yang biasa terjadi.
Hal ini terlepas dari popularitas Dedi Mulyadi yang saat ini tengah menjadi sorotan publik atas berbagai kebijakannya yang unik.
Dadang menambahkan bahwa kunjungan ini menunjukkan harmonisasi antar kepala daerah, yang berdampak positif bagi citra masing-masing pemimpin.
Dampak Positif dan Aspek Politik
Meskipun sebelumnya Dedi Mulyadi sempat mendapat sindiran dari Rudy Mas’ud, dampak positif dari pertemuan ini tetap terlihat.
Baik secara langsung maupun tidak langsung, kunjungan tersebut memberikan dampak positif bagi Dedi Mulyadi, meningkatkan daya tariknya di mata publik dan pemimpin politik lainnya.
Dedi Mulyadi memang telah dikenal luas karena interaksi dengan berbagai tokoh politik, yang ia dokumentasikan di kanal YouTube pribadinya.
Strategi Komunikasi Politik Modern
Dadang menjelaskan bahwa gestur komunikasi politik seperti ini bukanlah hal baru. Namun, penyampaiannya melalui media sosial menjadikannya lebih efektif di era digital saat ini.
Kunjungan antar gubernur ini dapat menjadi modal politik bagi para pemimpin daerah, baik untuk pengambilan kebijakan maupun langkah politik selanjutnya.
Nilai positifnya adalah peningkatan *engagement* dengan masyarakat dan memperkuat posisi politik mereka di masa depan.
Komunikasi politik selalu mengandung intensi politik, dan efektivitasnya bergantung pada seberapa baik pemimpin tersebut dapat menjalin hubungan dengan masyarakat yang dipimpinnya.
Kesimpulannya, kunjungan silaturahmi antar gubernur, meskipun terkadang diiringi dinamika politik, merupakan praktik lumrah yang dapat berdampak positif bagi kepentingan daerah dan citra para pemimpinnya. Penggunaan media sosial dalam hal ini menunjukkan adaptasi strategi komunikasi politik di era modern, mengarah pada peningkatan *engagement* publik dan potensi sebagai modal politik ke depan. Kunjungan tersebut menunjukkan dinamika dan kompleksitas interaksi antarpemerintah daerah di Indonesia.