Misteri Kapal Korea Utara: Kecelakaan Aneh Dekati Rusia

Kapal perusak Korea Utara mengalami kecelakaan memalukan saat peluncuran pada 21 Mei 2025 di Chongjin. Buritan kapal masuk air, sementara haluannya tertahan di darat. Insiden ini memicu kemarahan Pemimpin Tertinggi Kim Jong Un.
Anehnya, kapal perang tersebut kini terdeteksi di pelabuhan Rajin, dekat perbatasan Rusia. Citra satelit Maxar Technologies pada 8 Juni 2025 mengkonfirmasi keberadaan kapal seberat 5.000 ton itu di dok kering pelabuhan tersebut.
Kecelakaan Peluncuran dan Kemarahan Kim Jong Un
Kecelakaan saat peluncuran kapal perusak kelas Choe Hyon menimbulkan kemarahan Kim Jong Un. Ia menyaksikan langsung insiden tersebut dan menyebutnya sebagai tindakan kriminal akibat kecerobohan.
Kim Jong Un menilai kecelakaan tersebut merusak martabat dan kebanggaan bangsa. Ia pun memerintahkan perbaikan kapal selesai akhir Juni 2025, bertepatan dengan sidang pleno partai.
Pejabat yang bertanggung jawab atas kecelakaan ini akan menghadapi hukuman. Kim Jong Un bahkan menyebut insiden tersebut sebagai tindakan yang tidak bisa diterima.
Kemunculan di Pelabuhan Rajin dan Dugaan Peran Rusia
Munculnya kapal perusak yang rusak di pelabuhan Rajin memicu spekulasi. Pelabuhan ini terletak di zona ekonomi khusus Rason, berbatasan langsung dengan Rusia.
Analis menilai Rusia mungkin berperan dalam perbaikan kapal tersebut. Laporan tahun 2024 dari Modern War Institute di West Point menyebut Rason sebagai titik penting kerja sama Korea Utara-Rusia.
Fasilitas di Rajin memang tak sebesar galangan kapal besar, namun cukup untuk perbaikan dan perawatan sederhana. Yu Jihoon dari Institut Analisis Pertahanan Korea membenarkan hal ini.
Analisis Kerusakan dan Kemungkinan Bantuan Asing
Pensiunan Laksamana Korea Selatan, Kim Duk-ki, mengatakan waktu perbaikan bergantung pada tingkat kerusakan. Sistem sonar dan pencari kedalaman di haluan mungkin rusak.
Ia menduga Korea Utara membutuhkan bantuan asing karena kemungkinan tak memiliki teknologi untuk memperbaiki sistem sonar tersebut. China atau Rusia menjadi kandidat pemasok teknologi.
Namun, anggota parlemen Korea Selatan, Yu Yong-weon, menyatakan militer Korea Selatan menilai kerusakan eksternal kapal tidak signifikan. Masalah utama adalah air yang membanjiri kapal perang tersebut.
Meskipun demikian, Yu Yong-weon tetap menilai bantuan Rusia dalam perbaikan masih mungkin terjadi. Kerja sama militer antara kedua negara telah terjalin sebelumnya.
Korea Utara selama setahun terakhir mengirimkan jutaan amunisi ke Rusia, termasuk rudal dan roket. Sebagai balasannya, Rusia menyediakan teknologi dan persenjataan, termasuk peralatan pertahanan udara, rudal antipesawat, sistem peperangan elektronik, serta minyak.
Kejadian ini menimbulkan berbagai pertanyaan. Apakah perbaikan kapal akan selesai tepat waktu? Seberapa besar keterlibatan Rusia dalam perbaikan ini? Dan apa implikasi jangka panjang dari kerja sama militer Korea Utara-Rusia terhadap stabilitas regional?