Penjualan Mobil Listrik RI Lesu: Gairah Pasar Mulai Pudar?

Penjualan mobil listrik di Indonesia mengalami penurunan signifikan pada Mei 2025, menurut data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo). Distribusi mobil listrik berbasis baterai dari pabrik ke dealer hanya mencapai 6.334 unit, turun 1.300 unit atau sekitar 17 persen dibandingkan April 2025 yang mencapai 7.690 unit. Tren penurunan ini berlanjut dari Maret 2025 yang mencatatkan angka penjualan 8.835 unit.
Ketua I Gaikindo, Jongkie D Sugiarto, mengungkapkan bahwa pihaknya sedang menyelidiki penyebab penurunan tersebut. “Turun 1.000an unit ya, kami sedang cari informasi, mungkin ada problem supply dari para APM (agen pemegang merek),” ujarnya melalui pesan singkat. Ia menolak berspekulasi lebih lanjut, termasuk mengenai kemungkinan pasar mobil listrik sudah mengalami kejenuhan. “Kami sedang cari info dari APM,” tambahnya.
Meskipun penjualan menurun, dominasi mobil listrik asal China di pasar Indonesia semakin terlihat. BYD Sealion 7 menjadi mobil listrik terlaris di Mei 2025 dengan penjualan 1.232 unit, meskipun angka ini juga turun dari 1.792 unit di bulan April. BYD M6 berada di posisi kedua dengan 1.184 unit, diikuti Denza D9 (630 unit) dan Chery J6 (iCar3) sebanyak 580 unit. Wuling, sebagai salah satu pelopor mobil listrik di Indonesia, masih mempertahankan posisinya di 10 besar dengan penjualan Wuling Air EV (419 unit), Cloud EV (419 unit), dan BinguoEV (210 unit).
Analisis Penurunan Penjualan Mobil Listrik di Indonesia
Beberapa faktor dapat berkontribusi terhadap penurunan penjualan mobil listrik di Indonesia. Pertama, kemungkinan adanya kendala pasokan dari APM (Agen Pemegang Merek). Gangguan rantai pasokan global, keterlambatan pengiriman komponen, atau bahkan strategi stok APM dapat menyebabkan penurunan jumlah mobil listrik yang tersedia di pasaran. Hal ini perlu diinvestigasi lebih lanjut untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas.
Kedua, faktor ekonomi makro juga perlu dipertimbangkan. Kondisi ekonomi yang kurang kondusif, seperti inflasi yang tinggi atau suku bunga yang meningkat, dapat memengaruhi daya beli masyarakat dan mengurangi minat untuk membeli mobil listrik yang relatif mahal dibandingkan mobil konvensional. Kondisi ini bisa menjadi pemicu penurunan penjualan mobil listrik, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di berbagai negara lain.
Ketiga, kemungkinan adanya kejenuhan pasar. Setelah periode pertumbuhan yang pesat, pasar mobil listrik mungkin telah mencapai titik jenuh di segmen tertentu. Hal ini dapat menyebabkan penurunan permintaan dan berpengaruh terhadap angka penjualan. Penting untuk menganalisis lebih lanjut segmen pasar mana yang mengalami penurunan signifikan dan apakah terdapat pergeseran preferensi konsumen.
Strategi Peningkatan Penjualan Mobil Listrik
Untuk mengatasi penurunan penjualan, perlu strategi yang komprehensif. Pemerintah dapat mempertimbangkan untuk memberikan insentif tambahan bagi pembelian mobil listrik, seperti penurunan pajak atau subsidi. Selain itu, perlu peningkatan infrastruktur pengisian daya (charging station) yang merata di seluruh Indonesia agar konsumen lebih nyaman menggunakan mobil listrik.
APM juga perlu melakukan inovasi dan strategi pemasaran yang lebih agresif. Mereka dapat menawarkan berbagai pilihan model mobil listrik dengan harga yang lebih terjangkau dan fitur-fitur yang menarik. Kolaborasi antara APM dan pemerintah juga penting untuk menciptakan ekosistem mobil listrik yang lebih terintegrasi dan efisien. Kampanye edukasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang manfaat mobil listrik juga perlu ditingkatkan.
Pentingnya riset pasar juga tidak dapat diabaikan. Dengan memahami tren dan preferensi konsumen, APM dapat mengembangkan produk dan strategi pemasaran yang lebih tepat sasaran. Riset yang mendalam akan membantu mengidentifikasi hambatan dan peluang untuk mendorong pertumbuhan pasar mobil listrik di Indonesia.
Dominasi merek asal Tiongkok di pasar mobil listrik Indonesia patut menjadi perhatian. Meskipun menunjukkan potensi pasar yang besar, perlu dikaji lebih lanjut bagaimana merek domestik atau merek dari negara lain dapat bersaing secara efektif. Hal ini membutuhkan strategi yang tepat dan inovatif agar dapat meningkatkan daya saing.
Kesimpulannya, penurunan penjualan mobil listrik di Indonesia merupakan isu kompleks yang membutuhkan analisis mendalam dan solusi terintegrasi. Peran pemerintah, APM, dan konsumen sangat penting untuk menciptakan pasar mobil listrik yang berkelanjutan dan berkembang di Indonesia.