Berita

Dramatis! Evakuasi Juliana Marins Gunung Rinjani: Kisah Lengkap

Tragedi jatuhnya pendaki asal Brasil, Juliana Marins, ke jurang sedalam 600 meter di Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat, menyita perhatian dunia. Kisah penyelamatannya yang dramatis, penuh tantangan, dan akhirnya berujung duka, menguak keberanian dan dedikasi tim evakuasi, khususnya Agam Rinjani, seorang relawan asal Makassar yang turut berperan penting dalam operasi penyelamatan tersebut. Peristiwa ini menjadi sorotan, tidak hanya karena medan yang ekstrem, tetapi juga karena berbagai tantangan yang dihadapi tim penyelamat selama proses evakuasi.

Kisah heroik Agam Rinjani, yang dibagikan melalui kanal YouTube-nya, @PodcastBicaraSantai, menunjukkan betapa sulitnya operasi penyelamatan di area terpencil dan berbahaya seperti Gunung Rinjani. Informasi awal mengenai keberadaan Juliana diperoleh melalui sebuah video drone yang diunggah di Instagram, yang memperlihatkan Juliana masih hidup namun terjebak di lokasi yang sulit dijangkau.

Proses Evakuasi yang Menantang

Tim evakuasi, yang melibatkan Agam Rinjani dan tim SAR Lombok Timur, segera bergerak setelah menerima informasi tersebut. Koordinasi yang cepat dilakukan melalui handy talky (HT) untuk menyusun strategi penyelamatan yang tepat. Agam dan timnya, yang saat itu berada di Bogor untuk mengikuti pelatihan keselamatan pendakian, langsung memutuskan untuk terbang ke Lombok.

Persiapan evakuasi dilakukan secara matang. Peralatan evakuasi lengkap dibawa, termasuk tali sepanjang lebih dari 1.000 meter. Di Lombok, tim merekrut porter tambahan untuk membantu proses evakuasi yang berat. Pendakian dilakukan melalui jalur Sembalun, dan tim bermalam di Pelawangan, lokasi yang relatif dekat dengan titik jatuhnya Juliana.

Kondisi medan yang ekstrem menjadi tantangan utama. Tim SAR Lombok Timur bahkan telah menghabiskan dua malam di tebing tanpa tenda, menghadapi suhu dingin, kabut tebal, dan batuan yang rawan longsor. Mereka harus mengebor batu untuk memasang anchor sebagai penopang tali evakuasi. Satu anggota SAR bahkan harus berjaga sendirian di dekat lokasi jatuhnya Juliana untuk memastikan keselamatan korban.

Penemuan Jenazah dan Pengangkatan yang Berisiko

Setelah upaya pencarian yang melelahkan, Juliana Marins ditemukan telah meninggal dunia di kedalaman sekitar 600 meter. Tim sempat mempertimbangkan untuk membawa jenazah melalui Danau Segara Anak, namun rute ini dinilai lebih berbahaya. Keputusan diambil untuk mengangkat jenazah langsung ke atas tebing, sebuah proses yang sangat berisiko dan membutuhkan kehati-hatian ekstra.

Proses evakuasi dimulai pukul 06.00 pagi, tanpa istirahat semalaman. Tim tidur di lereng curam dengan kemiringan 45 derajat, hanya beberapa meter dari jenazah, tanpa tenda dan alas tidur yang memadai. Kondisi tersebut sangat rentan terhadap hipotermia dan longsor, menunjukkan tingkat kesulitan yang luar biasa dari operasi penyelamatan ini. Agam mengungkapkan, jika hujan turun pada malam itu, tim berisiko mengalami hipotermia atau tertimpa longsor.

Tanggapan Terhadap Kritik Publik

Meskipun mendapat banyak apresiasi atas keberanian dan dedikasi mereka, Agam dan tim evakuasi juga menerima kritik dari sebagian warganet yang menganggap proses evakuasi terlalu lambat. Agam menjelaskan bahwa kecepatan evakuasi di medan ekstrem seperti Gunung Rinjani tidak dapat dibandingkan dengan evakuasi di area yang lebih mudah diakses.

Agam menegaskan bahwa tim evakuasi telah bekerja keras dan profesional, mempertaruhkan nyawa demi menyelamatkan Juliana. Pengibaran bendera Merah Putih selama evakuasi, baginya, bukan hanya simbol, tetapi juga representasi dari komitmen menjaga nama baik Indonesia di mata dunia. Keberanian dan profesionalisme tim evakuasi ini patut dihargai dan menjadi pembelajaran penting tentang pentingnya kesiapan dan keselamatan dalam kegiatan pendakian. Semoga kejadian ini dapat menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak, baik bagi para pendaki maupun tim penyelamat, untuk selalu mengutamakan keselamatan dan mempersiapkan diri sebaik mungkin sebelum melakukan pendakian di medan yang menantang.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button