Teknologi

Fatty Liver? Mayapada Hospital: Deteksi & Pengobatan Tepat

Perlemakan hati atau fatty liver, sering kali baru terdeteksi saat medical check-up (MCU) melalui pemeriksaan USG abdomen. Kondisi ini, yang ditandai penumpukan lemak di hati, kini semakin umum ditemukan dan berpotensi menimbulkan masalah kesehatan serius.

Tidak hanya masalah kelebihan berat badan yang terlihat secara kasat mata, lemak juga dapat menumpuk di organ vital seperti hati, mengganggu fungsinya dan meningkatkan risiko penyakit serius. Mari kita telusuri lebih dalam mengenai penyebab, gejala, pencegahan, dan penanganan fatty liver.

Penyebab Fatty Liver: Gaya Hidup dan Faktor Medis

Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Hati dan Saluran Cerna di Mayapada Hospital Surabaya, dr. Budi Widodo, SpPD, KGEH, menjelaskan bahwa gaya hidup tidak sehat merupakan penyebab utama fatty liver.

Konsumsi makanan tinggi lemak dan karbohidrat, konsumsi alkohol berlebihan, obesitas, diabetes, dan gangguan metabolisme lainnya menjadi faktor risiko utama.

Sindrom metabolik, yang meliputi dislipidemia (kelainan lemak darah), kolesterol tinggi, trigliserida tinggi, diabetes, dan obesitas, juga berperan penting dalam perkembangan penyakit ini.

Penggunaan obat-obatan tertentu, seperti obat jantung atau kemoterapi, serta konsumsi obat tanpa pengawasan dokter juga dapat menjadi pemicu.

Dua Jenis Fatty Liver

Fatty liver terbagi menjadi dua jenis: Alcoholic Fatty Liver Disease (AFLD) dan Non-Alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD).

NAFLD, yang lebih sering ditemukan di Indonesia, umumnya dipicu oleh sindrom metabolik dan kondisi medis seperti hiperglikemia, kadar kolesterol dan trigliserida tinggi, hipertensi, hepatitis kronis, malnutrisi, penurunan berat badan drastis, dan penggunaan obat-obatan jangka panjang dengan dosis tinggi.

Gejala dan Komplikasi Fatty Liver

Pada tahap awal, fatty liver seringkali tidak menunjukkan gejala. Namun seiring perkembangannya, beberapa gejala dapat muncul.

Gejala tersebut antara lain kelelahan berlebihan, mual, penurunan nafsu makan, dan nyeri di perut kanan atas.

Pada tahap lanjut, penyakit ini dapat menyebabkan pembesaran hati, kulit dan mata menguning (jaundice), serta gatal-gatal.

dr. Agus Taolin, SpPD, KGEH, FINASIM, Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Hati dan Saluran Cerna di Mayapada Hospital Bogor, menjelaskan bahwa fatty liver dapat berkembang menjadi steatohepatitis (peradangan hati), bahkan fibrosis hati (jaringan parut pada hati) dan sirosis hati.

Sirosis hati adalah pengerasan dan pengecilan hati yang dapat menyebabkan kerusakan hati permanen, hingga kanker hati.

Deteksi dan Penanganan Fatty Liver

Deteksi dini fatty liver dapat dilakukan melalui MCU rutin dengan pemeriksaan USG Abdomen, CT Scan, dan MRI Abdomen.

Penanganan fatty liver disesuaikan dengan penyebab dan tingkat keparahannya.

Jika disebabkan oleh sindrom metabolik, dokter biasanya akan merekomendasikan penurunan berat badan, kontrol kadar lemak dan gula darah, serta penghentian konsumsi alkohol.

Penerapan gaya hidup sehat, seperti olahraga teratur (30 menit per hari) dan konsumsi suplemen antioksidan (terutama Vitamin E), juga sangat penting.

Konsultasi dengan dokter spesialis gastroenterologi sangat disarankan untuk mendapatkan diagnosis dan rencana pengobatan yang tepat.

Aplikasi MyCare dari Mayapada Hospital dapat memudahkan pasien untuk membuat jadwal konsultasi dan pemeriksaan. Layanan cashless juga tersedia bagi pemegang asuransi tertentu.

Aplikasi ini juga menyediakan fitur Personal Health untuk memantau kesehatan, termasuk menghitung kalori terbakar, jumlah langkah kaki, detak jantung, dan BMI.

Dengan deteksi dini dan penanganan yang tepat, komplikasi serius dari fatty liver dapat dicegah. Penting untuk menerapkan gaya hidup sehat dan melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin untuk menjaga kesehatan hati.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button